Cari Blog Ini

Kamis, 14 April 2011

KASIH NYATA
Cinta … siapa yang tidak tau dengan kata itu? Ku rasa semua orang mengetahui kata tersebut , namun tidak semua mengerti apa makna kata tersebut, ahhhh mengapa ku ingin menulis kata itu, aku juga gaa tau mengapa aku ingin menuliskannya, itu hanya tiba-tiba muncul dalam kepalaku. Baiklah… hmmm cinta ya.. menurut pengalaman karena mendengar hehehe… (sok banget, tapi ga apa lah,,, pissssss) ada yang bilang cinta itu adalah persahabatan, cinta itu adalah keindahan, cinta itu adalah surga dunia, cinta itu juga neraka, cinta itu ketika menemukan orang yang ingin kita lindungi, cinta itu ketika kita menyukai seseorang lawan jenis kita,,, hmmmm dan begitu banyak pengertian cinta lainnya , yang kalo ditulis sampe seharian penuh belum tentu kelar hehehehehe.. jadi aq dapat mengambil kesimpulan , cinta itu relative bagi setiap individu manusia (dengan gaya sok lagi,,,, hehehe teori relativitas Einstein kaleeee,,,,wakakaka) . wahhh cinta itu sangat simple sekaligus rumit ya,,, kaya soal matematika ato soal fisika yang ga ada jawabannya ( ada sih ada…. Tapi susahh banget,,, mungkin Einstein juga ga bisa jawab hehe) namun dibalik itu semua, manusia sangat menghargai cinta,, bayangin aja banyak karya tulis yang bersangkutan dengan cinta, apalagi kisah yang sangat terkenal “Romeo n Juliet” yang bikin remaja rela ninggalin kerjaannya demi nonton filmnya. Gak hanya itu, sampe-sampe ada harinya juga,, wahhhh kalian pasti tau semua kan valentine day…ahhhh kok jadi ngawur….
Heheh seperti yang udah q bilang tadi, cinta itu simple sekaligus rumit, jadi kalo bicarain soal cinta, kemana-mana aja nyambung hehehe….
Huhhh mesti nulis apa lagi ya….soalnya q pemula sih,, jadi rada2 bingung ….. oke dehh,,, cinta …C.I.N.T.A kadang2 membuat kita begitu bahagia, ini berlaku bagi pasangan remaja,, hmmm mungkin orang tua kita juga kali ya,,,,pokoknya gitu dehhh, nah cinta itu sangat indah ketika kita saling menyayangi satu densgan yang lainnya, namun terkadang juga, cinta malah hal terburuk yang ada di dunia ketika seseorang tersakiti..memang benar ya cinta itu relative. Namun jika kita benar –benar memahami cinta itu, kita akan mendapatkan sebuah kata layaknya mahkotanya cinta yaitu kasih, kasih yang membuat cinta itu begitu indah, kasih itu yang membuat cinta begitu menyenangkan, ketika kita mengasihi seseorang, kitaa tak akan sanggup untuk melukai atau membuat orang tersebut kecewa, kita akan selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang yang kita kasihi, dan selalu berusaha membuatnyaa bahagia, selalu ingin memberikan senyuman terindah yang kita miliki, kasih adalah mata air kehidupan bagi cinta, ketika kamu mangasihi seseorang, maka kamu mencintai seseorang tersebut, cinta disini adalah cinta yang dipandang universal. Jadi berikanlah KASIH NYATA untuk orang yang kamu sayangi
PENGAJARAN BERBASIS AKTIVITAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pendidikan modern lebih menitikberatkan pada aktivitas sejati, dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut, sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan aktivitas (keaktifan) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Pencapaian tujuan peningkatan mutu tersebut sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjukkan gejala semakin menuntut kualitas lulusan yang lebih cakap, terampil dibanding lulusan terdahulu.
Salah satu upaya peningkatan mutu pendidikan adalah pembaharuan pendekatan pembelajaran. Dimana telah kita maklumi bersama pendidikan masa lalu menganut pendekatan Teacher Center, yaitu pendekatan yang otorita, aktivitas berada di tangan guru sehingga mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi ajang pementasan guru dan sering mengabaikan potensi anak, keadaan anak, dan kemauan/kehendak anak, serta kebutuhan anak dan masyarakat.
Untuk memberi kesempatan dan keleluasaan kepada anak sesuai hakikat belajar, maka perlu kiranya dicari suatu alternatif pembelajaran yang dapat mengantisipasi kebutuhan anak dan masyarakat.
Pembelajaran berbasis siswa (aktif learning) atau lebih dikenal CBSA merupakan satu pendekatan yang berusaha mengingatkan kepada kita untuk melaksanakan pembelajaran manusiawi, yang memberikan keleluasaan anak berkembang seoptimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki, dan kehadiran CBSA nampaknya juga mengandung maksud hendak mendorong guru-guru untuk bersungguh-sungguh menyelenggarakan proses pengajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat dalam kadar keaktifan belajar yang tinggi. Pengajaran juga hendaknya berpusat pada peserta didik (student-centered instruction) karena pada dasarnya mengajar adalah memberikan bekal kepada peserta didik untuk siap terjun dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan aktivitas belajar?
2. Apa saja jenis-jenis aktivitas dalam pembelajaran?
3. Bagaimana upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran?
4. Apakah yang melatar belakangi keaktifan siswa?
5. Bagaimana arah, tujuan, dan prinsip keaktifan siswa?
6. Bagaimana cara pengembangan aktif learning.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aktivitas Belajar
Siswa adalah suatu oraganisasi yang hidup. Dalam dirinya terkandung banyak kemungkinan dan potensi yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing- masing siswa tersebut terdapat “prinsip aktif” yakni keinginan berbuat dan bekerja sendiri. Prinsif aktif mengendalikan tingkah lakunya. Pendidikan perlu mengarahkan tingkah laku menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup perlu mendapat kesempatan berkembang ke arah tujuan tertentu.
Aktivitas belajar siswa adalah rang¬¬kaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran se¬hingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misal¬nya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegi¬atan menjadi mampu melakukan kegiatan.
Gie (1985: 6) mengatakan bahwa:
“Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan.”
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2004: 99) bahwa:
“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”

B. Jenis-jenis Aktivitas Belajar
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran an¬tara lain sebagai berikut.
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerja-an orang lain.
2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, per-cakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi atau model, mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup”.

C. Upaya pelaksanaan aktivitas dalam pembelajaran
Asas aktivitas dapat diterapkan dalam semua kegiatan dan proses pembelajaran. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan asas ini, maka dalam hal ini dipilih empat alternatif pendayagunaan saja, yakni :
1. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam kelas.
Asas aktivitas dapat dilaksanakan dalam setiap tatap muka dalam kelas yang terstruktur, baik dalam bentuk komunikasi langsung, kegiatan kelompok, kegiatan kelompok kecil, belajar independen.
2. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran sekolah masyarakat.
Dalam pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam bentuk membawa kelas kedalam masyarakat, melalui metode karyawiasata, survei, keja lapangan, pelayanan masyarakat, dan sebagainya. Cara lain, mengundang nara sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan pelatihan diluar.
3. Pelaksanaan aktivitas pembelajaran dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator dan nara sumber, yang memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar.

D. Aktivitas pembelajaran
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya telah berjalan sejak manusia ada. Upaya-upaya pendidikan dilakukan dalam rangka memberikan kemampuan pada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiri dan hidup bersama masyarakat. Pada masyarakat yang peradabannya masih primitif, pendidikan atau proses pendewasaan masih sederhana dan memerlukan waktu yang relatif pendek. Seorang anak dianggap dewasa bila ia telah mampu berdiri sendiri atau mampu mencari makan sendiri dengan membawa hasil buruannya serta memperlihatkannya pada orang tuanya. Keterlibatan anak secara aktif pada saat itu merupakan ciri khas dalam proses pendewasaan anak.
Socrates dalam bentuk dialog telah berhasil melibatkan peserta didiknya secara aktif baik dalam segi kemampuan mental maupun intelektual dan emosionalnya. Bahkan pada tahun 1935, belajar aktif ini telah digalakkan oleh Jean Piaget. Melihat proses pendidikan di masa silam itu, upaya melibatkan anak secara aktif dalam proses pendidikan bukanlah merupakan hal yang baru. Proses pendidikan semacam ini sekarang lebih dikenal sebagai active learning. Adapun berbagai konsep pembelajaran active learning, diantaranya PAKEM, PAIKEM dan i2m3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi).
Cara belajar mengajar berdasarkan CBSA memusatkan pada peranan, inisiatif, dan keikutsertaan anak didik yang tinggi dalam menetapkan masalah, mencari informasi, dan memusatkan cara pemecahan masalah. Sedangkan cara belajar mengajar yang tidak berdasarkan CBSA pada dasarnya memusatkan aktivitas pada guru. Gurulah yang mengambil inisiatif, melakukan aktivitas, dan menentukan cara pemecahan masalah. Strategi semacam ini akan menghasilkan manusia-manusia yang konsumtif, kurang kreatif, dan berkurangnya kemampuan untuk menghadapi tantangan-tantangan hidup di masa depan.
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang memotivasi siswa agar aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.Pada dasarnya PAKEM dan PAIKEM merupakan satu konsep yang sama. Tetapi pada konsep PAIKEM ditambahkan istilah inovatif.
Kegiatan belajar bagi anak usia sekolah dasar mempunyai arti dan tujuan tersendiri. Hal ini berkaitan dengan ciri-ciri atau karakteristik anak yang bersangkutan. Kegiatan belajar mengajar yang secara praktis dikembangkan guru di sekolah dasar, dituntut untuk berorientasi pada perkembangan anak secara tepat. Inilah suatu pendekatan pengajaran yang dikenal dengan sebutan Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Pendekatan ini mendasarkan pada pemahaman baik dimensi umur anak maupun dimensi individualnya. Dengan pendekatan DAP pengajar berorientasi pada apa yang peserta didik sukai, apa yang peserta didik harapkan, atau bahkan apa yang peserta didik mungkin inginkan.
Melalui pendekatan DAP, arti tujuan belajar bagi anak sudah tentu menjadi demikian penting. Tujuan itu tidak cukup hanya dijelaskan dengan rumusan tujuan intruksional saja. Memahami tujuan yang dicanangkan bagi terjadinya proses belajar yang diharapkan anak sekolah dasar, seorang guru akan selalu dituntut untuk menyadari adanya tujuan-tujuan pengiring.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan suatu kerangka acuan, filosofis atau pendekatan mengenai bagaimana berinteraksi dan bekerja bersama anak (peserta didik). Pendekatan DAP didasarkan atas akumulasi data atau fakta dan hasil-hasil penelitian yang menerangkan tentang sesuatu yang disukai oleh peserta didik. Dalam setiap pelaksanaan pengajaran, guru akan selalu dituntut untuk mampu membuat keputusan. Keputusan inilah yang akan menetapkan apakah suatu pengajaran yang ditempuh guru itu telah mempertimbangkan pengetahuan mengenai anak atau belum.
E. Konsep Keaktifan Siswa
Pendidikan bukan sekedar memberi, tetapi menumbuhkan keberanian pada siswa untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Setiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya masing – masing. Namun sistem pembelajaran tersebut cenderung tidak tampak jelas, melainkan masih berupa rencana belajar yang disusun bersama antara peserta didik dan guru. Dengan menekankan pada minat dan kebutuhan siswa secara perorangan, maka siswa dengan bantuan gurunya dapat menyusun rencana belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan masing – masing.
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas menstransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Pengajar diharapkan mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara – cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran itu sendiri, maka disini pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.
Proses pembelajaran perlu mengarahkan perilaku dan perbuatan menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapatkan kesempatan yang luas untuk berkembang. Namun bila tanpa pengarahan dikhawatirkan akan terjadi penyimpangan yang akan menggangu bahkan merusak perkembangan siswa, sehinggan para siswa tidak menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari – hari. Disamping itu pengajar dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa, harus mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Pengajar / guru tidak hanya melakukan kegiatan menyampaikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap kepada siswa. Akan tetapi, guru juga harus mampu membawa siswa untuk aktif dalam berbagai bentuk belajar; berupa belajar penemuan, belajar mandiri, belajar berkelompok, belajar memecahkan masalah, dsb.
Dengan melibatkan siswa berperan dalam kegiatan pembelajaran, berarti kita mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimiliki siswa secara penuh. Dalam konsep kompetensi, kita harus mampu mendeteksi kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar) kemudian mendeteksi tercapainya suatu indikator – indikator yang dilahirkan oleh kompetensi dasar tadi. Sehingga guru akan lebih mudah dalam membuat soal evaluasi bagi siswa. Hasil dari evaluasi tersebut akan mempengaruhi beberapa aspek sebelumnya seperti Kompetensi Dasar (tujuan) dan proses penyampaian materi pembelajaran. Karena hasil evaluasi tersebut juga merupakan suatu indikator bagi seorang guru.

F. Arah, Tujuan, dan Prinsip Keaktifan Siswa
Akhir-akhir cukup ramai guru dan calon guru yang meng-klik ihwal PAIKEM, ini mengingatkan kita pada beberapa tahun yang silam, di mana masih kental kebiasaan guru mengajar dengan D3CH (duduk, dengar, diam, catat, hafalkan). Pemerintah pun mencoba membasminya dengan metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang pelaksanaannya dimulai dari sekolah-sekolah dasar. Kemudian, pemerintah mengharapkan metode CBSA itu diminati oleh guru se Indonesia. Tetapi entah kenapa dan salah siapa, kenyataannya sekarang banyak guru kembali melakukan proses belajar-mengajar seperti biasanya. Dan seakan-akan belum pernah mendengar adanya pendekatan CBSA.
Sampai kemudian muncul dan giat dikembangkan pendekatan PAKEM di era Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) yang berapa saat kemudian dimantapkan lagi menjadi PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan). Secara normatif pemerintah menuliskan pendekatan dalam proses pembelajaran itu di PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikanm Pasal 19 ayat(1), yang oleh I Nyoman Degeng disebut sebagai i2m3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi)
Meskipun cukup panjang waktu untuk mengenalkan dan memraktikkan PAIKEM dan i2m3 sampai menjelang dihadirkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ke semua sekolah/madrasah, tetapi belum banyak yang mengatakan, bahwa PAIKEM dan i2m3 mampu menghasilkan perubahan nyata di ruang-ruang kelas hingga kini.
Sebab, jika para guru berhasil menerapkannya teori PAIKEM dan I2M3-nya, maka sekolah akan betul-betul menjadi zona nyaman bagi anak-anak. Pada aspek sikap, anak-anak akan menjadi dinamis, demokratis, aktif, kolaboratif, dan ceria. Sekolah bagi anak-anak tidak boleh menjadi tempat yang menjemukan, apalagi menakutkan, tetapi mencerdaskan secara komprehensif.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena merekalah yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain.
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya terjadi pada pembelajaran konvensional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif (active learning strategy).
Secara umum tujuan pendidikan membentuk manusia yang mampu berpartisipasi bagi penyempurnaan pembangunan bangsa. Dengan demikian aktif learning diarahkan tujuan tersebut. Sedangkan aktif learning bertujuan untuk mengembangkan kemampuan murid agar mampu belajar mandiri, sehingga ia memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap yang menunjang pembentukkan kepribadian yang mandiri.
Aktif learning atau yang biasa dikenal CBSA mengembangkan pola berpikir antisipatif. Hal ini didasarkan kenyataan tidak semua hasil pendidikan nantinya dapat diterapkan, yang diseabkan perubahan yang sangat cepat di masyarakat. Sehingga belajar diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis, terampil dalam menerapkan iptek. Serta memiliki kemampuan dan kebiasaan untuk terus belajar.
Dari arah dan tujuan CBSA, maka pelaksanaan CBSA harus berpedoman pada prinsip yang ditinjau dari siswa dan prinsip yang ditinjau dari peran guru. Prinsip CBSA ditinjau dari siswa, pada prinsipnya adalah mengurangi dominasi guru dan mengarahkan kebiasaan siswa belajar sendiri, sehingga murid terbiasa belajar teratur, murid mampu memanfaatkan sumber informasi, murid mandiri dalam belajar, murid berani mewujudkan minat, keinginan dan gagasan, murid berani berperan dalam persiapan PBM, timbul rasa ingin tahu, dll.
Prinsip CBSA ditinjau dari peran guru, yaitu guru harus dapat membuat perencanaan belajar sehingga murid aktif secara mental, fisik dan sosial secara penuh dengan cara memberi kesempatan anak dapat melakukan kegiatan belajar, menciptakan aneka situasi belajar, mendorong keterlibatan siswa dalam belajar, mendorong interaksi siswa, mendorong anak bergaul, melayani perbedaan individu.
Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang aktif yang melibatkan panca indera atau fisik dan psikis kita. Agar siswa mengalami proses belajar, kita harus merancang pembelajaran agar siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Berkenaan dengan belajar aktif, setiap individu harus melakukan sendiri aktifitas belajar karena belajar tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Siswa yang tidak banyak bertanya ketika belajar, bukan berarti ia tidak aktif, sebab mungkun saja pendengaran, penglihatan, perasaan, pikiran, dan unsure lainnya aktif belajar. Oleh karena itu setiap kegiatan belajar harus dirancang untuk meningkatkan kadar aktivitas pembelajaran.
Upaya untuk mengaktifkan siswa perlu selalu kita lakukan mengingat setiap individu memiliki potensi seperti rasa ingin tau, kemampuan menganalisis, memecahkan masalah, melakukan sintesis, dan aspek aktivitas lainnya.
G. Kemampuan Anak yang diharapkan Melalui CBSA
Pembelajaran berbasis siswa memberi makna bahwa proses pendidikan harus mampu mengantarkan peserta didik untuk menguasai kemampuan yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Siswa belajar dengan caranya masing-masing untuk mencapai standar itu. Pembelajaran dilakukan dengan menekankan pada interaksi individu dengan lingkungannya sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang dilaksanakan di kelas harus dapat membantu siswa untuk memahami makna pengetahuan melalui metode yang memberikan kreasi untuk menemukan. siswa di didik untuk mampu memiliki daya saing yang tinggi dengan sejumlah kompetitor. Pemerolehan dan penguasaan perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, ketrampilan) melalui pengalaman belajar dapat terwujud apabila anak terlibat secara aktif dalam belajar.
Keaktifan dan keterlibatan itu terwujud dalam partisipasi siswa dalam mendengar, menulis, bertanya, mengukur, membandingkan, mengatakan, bercerita, menjawab, bercakap, berdiskusi, dan sebagainya. Keaktifan baik yang tampak maupun yang tak tampak, sebenarnya lebih diutamakan pada keaktifan yang tak tampak berupa: berpikir, menganalisa, memecahkan masalah, dengan menggunakan prinsip, teeori, konsep, dan sebagainya. Akan tetapi kedua keaktifan tersebut tak dapat dipisahkan, dimana keduanya membentuk proses pengembangan.
Proses pengembangan kemampuan berpikir – pembentukan sikap nilai dan proses pengembangan kemampuan mental, fisik, sosial – pembentukan ketrampilan sikap – penyaringan – pembentukan merupakan wahana pengembangan kemampuan.
Sesuai dengan prinsip CBSA kemampuan yang diharapkan siswa dalam pembelajaran berbasis siswa dapat berupa keberanin peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan, dan dorongan yang ada pada dirinya. Keinginan dan keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Usaha dan kreativitas peserta didik, keingintahuan yang kuat, dan rasa lapang dada, mampu berpikir kritis dan kreatif.
Lewat desain pembelajaran yang variatif dan kreatif, anak-anak perlahan-lahan akan menyadari betapa beragam dan kompleksnya hidup ini. Sebuah kekuatan refleksi akan masuk dalam spirit pembelajaran itu sehingga secara bertahap akan mempertajam hati nurani mereka. Bahkan, pembelajaran variatif dan kreatfi pun akan mengasah hati nurani guru itu sendiri untuk selalu mengedepankan kebutuhan belajar anak demi masa depan mereka.
Pada akhirnya, sebuah harapan besar lahirnya kepedulian anak-anak pada dirinya sendiri, orang lain, lingkungan, dan Sang Pencipta akan terwujud tatkala pembelajaran itu mampu memberi ruang dan peluang bagi mereka untuk berekspresi dalam aksi nyata. Kaki menjadi sebuah simbol yang kuat bagi anak-anak untuk peduli melakukan hal baik. Peduli dengan kemampuan dirinya untuk membantu teman yang sedang dalam kesusahan belajar, bahkan kesusahan materi. Peduli pada masyarakat miskin lewat usaha bakti sosial. Peduli akan mentalitas yang baik untuk membuang sampah pada tempatnya, jujur dalam ulangan, sopan pada siapapun, dan sembahyang sesuai agama dan kepercayaannya.
Akhirnya, pendidikan sudah waktunya untuk mengupayakan pendidikan menyeluruh dalam tataran praktis dan nyata, bukan hanya formalitas belaka. Pendidikan yang sungguh-sungguh merangkul kognitif, hati nurani, dan kepedulian dalam satu kesatuan yang utuh menjadi harapan ibu pertiwi. Saatnya pula menjadi guru yang kompeten, berhatinurani, dan peduli akan proses pembelajaran yang baik untuk anak-anak bangsa ini.
Ada kecederungan seseorang mengajarkan sesuatu, sebagaimana sesuatu itu diajarkan kepadanya. Sampai saat ini, model mengajar ceramah merupakan model yang mendominasi dan menjadi umum dalam pendidikan formal di berbagai belahan dunia.
Tak pernah ada hasil yang berbeda bila kita selalu menggunakan cara yang sama. Metode pengajaran satu arah jelas merupakan metode yang tidak optimal dalam mengembangkan kemampuan, baik bagi guru maupun siswa. Sementara itu, dialog, perbedaan pendapat yang dikomunikasikan akan lebih melibatkan keduabelah pihak untuk saling mencari, saling berbagi, dan mengasah totalitas pribadi dosen dan mahasiswa.
Active learning merupakan jawaban alternatif untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Kenapa? Karena pendekatan active learning merupakan pendekatan yang sesuai dengan cara kerja otak. Kata active learning atau belajar aktif sudah tidak asing di telinga kita. Banyak institusi pendidikan menyatakan bahwa mereka menyelenggarakan belajar aktif. Pemerintah pun menggalakkan program belajar aktif diterapkan di sekolah-sekolah.
Keaktifan bukan sekedar belajar kelompok atau berpasangan. Seyogyanya, belajar mengaktifkan secara fisik, sosial emosional, dan mental. Lebih lengkap: Keaktifan fisik dicapai melalui inkuri pencarian bahan/materi, menyiapkan kerja, dan sebagainya. Keaktifan Sosial mencakup bagaimana bekerja sama dalam berbagai situasi dan berbagai kegiatan. Ia secara tidak langsung berinteraksi dengan orang lain (orang dewasa, teman sebaya). Dalam bersosialisasi ia belajar bergaul, bekerjasama, berbicara dengan orang tak dikenal, orang yang memiliki kompetensi (berkembanglah kemampuan berkomunikasi, bahasa komunikasi, memperluas pergaulan, mengendalikan diri, munculnya keberanian, ketahanan mental, kegigihan).
Keaktifan intelektual melalui berbagai alat-alat berpikir dengan menggunakan berbagai keterampilan-keterampilan intelektual . Terkembangkanlah kemampuan mendengar orang lain, berbicara dan menyampaikan gagasan, berfikir untuk solusi, mempertajam penglihatan, dan sebagainya (yang sebenarnya berbagai keaktifan itu tak terpisah, demikianpun dalam aktifitas dan pengembangannya terjadi secara simultan).
Dalam cara belajr Duduk, Dengar, Cacat dan Hafal sudah dianggap biasa apabila guru dalam mengelola kelas sekolah dasar tanpa menggunakan alat atau sumber yang lain selain buku seperti peralatan elektronik, globe, dan peralatan laboraturium karena mereka menganggap alat – alat bantu tersebut mahal. Beberapa cara pengembangan kegiatan belajar yaitu lingkungan sebagai sumber belajar, lembar kerja dan fungsinya, alat peraga buatan, pengelolaan perbedaan individu, pengajaran klasikal, pengajaran dengan menggunakan kelompok siswa.
Penggunaan lingkungan sebagai sarana dan bahan belajar mengingatkan kita akan pentingnya interaksi siswa dengan lingkungan dengan segala persoalannya. Pembelajaran berbasis siswa menuntut guru untuk lebih menaruh perhatian terhadap keberadaan dan kebutuhan siswanya sehingga siswa merasa dihargai sebagai individu. Guru harus mampu menumbuhkan rasa percaya diri siswa agar kelak mampu menghadapi segala tantangan yang menghadangnya. Selain itu peran guru dalam pembelajaran yang berpedoman kepada pembelajaran berbasis siswa adalah menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif dapat tercapai apabila guru mampu mengelola siswa dan sarana pembelajran dengan baik, serta mampu mengendalikannya agar selalu tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
Seorang guru pun harus mampu berinovasi dalam menciptakan dan mengoperasionalkan media pengajaran. Guru memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada siswa untuk berkembang melalui caranya sendiri melalui metode pembelajaran tertentu. Selain sebagai motivator, dalam pembelajaran berbasis siswa guru juga berperan sebagai pengamat dan fasilitator yang mampu membimbing dan memberi arah untuk mencapai tujuan. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa dan menyampaikan informasi pelajaran dengan baik dapat menanamkan sikap positif pada diri siswa, seperti membantu siswa dalam memahami kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya, menumbuhkan kepercayaan diri, serta membantu mengungkapkan pemikiran dan perasaan siswa.
Guru harus dapat menghargai siswa sebagai pribadi yang unik yang memiliki sifat-sifat yang khas. Keterampilan interpersonal guru diperlukan untuk membantu siswa dalam mempelajari berbagai hal yamg diperlukan dalam mencapai tingkat kedewasaan. Untuk dapat mengukur kemampuan yang telah dicapai oleh siswa, guru juga harus mampu sebagai evaluator, baik terhadap kegiatan pembelajaran maupunm terhadap kemampuan siswa.
Menurut pemikiran Gibbs, E. Mulyasa, 2003.hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya, adalah dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut, memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah, melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya, memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter, melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Sikap menerima apa adanya, patuh, taat, menyebabkan guru menjadi objek yang tidak pernah habis. Bila, sikap guru pasif seperti ini kemajuan/peningkatan akan jauh dari harapan. Untuk itu, rekan guru beranilah untuk berubah, beranilah untuk mencoba melakukan hal baru, pemecahan masalah kelas secara mandiri (bukan berarti tidak bertanya pada pihak lain). Guru harus berani membebaskan diri dari keterkungkungan. Guru harus rajin membaca, berinteraksi dengan pihak lain, bersikap kritis terhadap diri sendiri, senantiasa merefleksi diri untuk menemukan kekurangan, dan segera bergerak untuk memperbaiki dirinya dan memperbaiki kinerjanya.
Guru memiliki kewengan untuk menjadi guru yang merdeka dalam merencana, melaksanakan, dan menilai hasil kinerjanya (meskipun pemerintah juga memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja guru). Guru harus membaca lengkap isi undang-undang sistem pendidikan nasional dan undang-undang guru dan dosen. Guru harus mampu menempatkan diri secara proporsional, tentu demikian seluruh pendidikan nasional, hendaknya mampu menempatkan sesuai proporsi masing.
Saat ini kesejahteraan guru sudah meningkat, meskipun belum seperti harapan, namun peningkatan kesejahteraan perlu disyukuri dengan meningkatkan kualitas diri dan kinerjanya. Bergeraklah guru sahabat semua orang, bergeraklah dan beranilah bergerak memperbaiki diri (kalau sudah baik meningkatlah). Peningkatan kita sebagai insane pendidik, akan mengakselerasi kualitas pendidikan kita segera mengejar ketertinggalan.
H. Organisasi Pengajaran
Keaktifan utama yang dituntut adalah keaktifan mental dan bukan keaktifan gerak/fisik dan sosial/interaksi semata. Kekatifan tersebut diupayakan agar logika, estetika, dan praktika anak dapat berkembang seoptimal mungkin.
Dalam melaksanakan KBM keaktifan tidak harus dilaksanakan dengan diskusi atau kerja kelompok, ajan tetapi dikembangkan dengan problem-problem sehingga merangsang anak untuk senantiasa senang/emosi, cinta/emosi, butuh/need (mental), berpikir, memecahkan problem (intelek), berkreasi/imajinasi. Dengan kondisi belajar yang menyenangkan anak akan dengan sepenuh hati belajar dan belajar akan menjadi need dalam dirinya.
Pengajaran dapat diorganisasikan secara individual, kelompok, berpasangan. Pengelompokkan perlu diperhatikan besar kelompok, organisasi kelompok, sifat kelompok, tujuan kelompok. Dalam membuat kelompok harus memperhatikan kemauan anak, minat, bakat, prestasi belajar.
Pengelompokkan berdasar prestasi dalam KBM harus dilakukan dengan pertimbangan anak pintar akan mudah bekerja dengan anak pintar, anak pintar akan cenderung aktif fan anak bodoh pasif. Pengelompokkan tanpa memperhatikan tingkat prestasi akan meruskan mental anak.
Organisasi pembelajaran memiliki dimensi untuk menjadikan organisasi dapat terus bertahan. Organisasi seperti ini dinamakan organisasi pembelajar, karena dimensi-dimensi ini akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi. Dimensi-dimensi itu yaitu :
1) Mental Model
Respon manusia terhadap situasi yang terjadi di lingkungannya sangat dipengaruhi oleh asumsi dan kebiasaan yang selama ini berlaku. Di dalam organisasi, berlaku pula kesimpulan yang diambil mengenai ’how things work’ di dalam organisasi. Hal ini disebut dengan mental model, yang dapat terjadi tidak hanya pada level individual tetapi juga kelompok dan organisasi.
Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan.
2) Pemikiran (System Thinking)
Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerjasama untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit antara lain ada yang disebut divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergik. Kemampuan untuk membangun hubungan yang sinergik ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain, dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Seringkali dalam organisasi orang hanya memahami apa yang dia kerjakan dan tidak memahami dampak dari pekerjaan dia pada unit lainnya. Selain itu seringkali timbul fanatisme seakan-akan hanya unit dia sendiri yang penting perannya dalam organisasi dan unit lainnya tidak berperan sama sekali. Fenomena ini disebut dengan ego-sektoral. Kerugian akan sangat sering terjadi akibat ketidakmampuan untuk bersinergi satu dengan lainnya. Pemborosan biaya, tenaga dan waktu. Terlepas dari adanya perasaan bahwa unit diri sendiri adalah unit yang paling penting, tidak adanya pemikiran sistemik ini akan membuat anggota perusahaan tidak memahami konteks keseluruhan dari organisai.
Kini semakin banyak organisasi yang mengandalkan pada struktur tanpa batas (borderless organization), atau kalaupun masih menggunakan struktur organisasi berbasis fungsi, kini fungsi-fungsi yang terkait dengan proses yang sama dibuat saling melintas batas fungsi. Organisasi yang demikian disebut organisasi lintas fungsi atau cross-functional organization. Organisasi yang demikian ini akan membuat proses pembelajaran lebih cepat karena masing-masing orang dari fungsi yang berbeda akan berbagi pengetahuan dan pengalaman.
3) Shared Vision
Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat sulit bagi organsasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam organisasi.
4) Personal Mastery
Organisasi pembelajar memerlukan karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis kekuatan fisik (tenaga otot ) ke paradigma yang berbasis pengetahuan (tenaga otak). Selain itu kecepatan perubahan tipe pekerjaan, telah menyebabkan banyak pekerjaan yang tidak diperlukan lagi oleh organisasi karena digantikan oleh tipe pekerjaan baru, atau digantikan oleh pekerjaan yang menuntut penggunaan teknologi. Bilamana pekerja tidak mau belajar hal baru, maka dia akan kehilangan pekerjaan. Selain itu banyak pekerjaan yang ditambahkan pada satu pekerjaan (job-enlargement), atau job rotation (mutasi karyawan) agar memudahkan karyawan untuk memahami kegiatan di unit kerja yang lain demi terwujudnya sinergi.
Untuk memenuhi persyaratan perubahan dunia kerja ini semua pekerja di sebuah organisasi harus memiliki kemauan dan kebiasaan untuk meningkatkan kompetensi dirinya dengan terus belajar. Kompetensi dirinya bukan semata-mata di bidang pengetahuan, tetapi kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan saling mengapresiasi pekerjaan orang lain. Organisasi lintas fungsi seperti yang telah dibicarakan di atas akan mempercepat proses pembelajaran individu di dalam organisasi.
5) Team Learning
Kini makin banyak organisasi berbasis team, karena rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperi yang telah dibicarakan di atas. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu team, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Oleh karena itu semangat belajar dalam team, cerita sukses atau gagal suatu team harus disampaikan pada team yang lainnya. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya.

I. Metode Pemecahan Masalah dan Kreativitas Belajar
Seseorang atau organisme dalam mencari pemecahan terhadap masalah yang dihadapi akan dapat menemukan sesuatu yang baru, yang sebelumnya mungkinbelum terdapat. Hal ini berkaitan dengan berfikir kreatif (creative thinking). Dengan berfikir kreatif orang menciptakan sesuatu yang baru. Timbulnya hal baru tersebut secara tiba-tiba dan berkaitan dengan insight.
Dalam metode pemecahan masalah siswa dihadapkan pada serangkaian aktivas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dalam penyelesaian masalah tersebut harus mengacu pada langkah-langkah yang ada.
Begitu juga dalam penggunaan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Siswa dituntut untuk memecahkan masalah yang disajikan oleh guru sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Untuk dapat mencari pemecahan dari permasalahan yang disajikan, siswa terlebih dahulu harus memikirkan mengenai kemungkinan-kemingkinan yang akan terjadi dari setiap langkah yang dilakukannya. Kemampuan untuk berfikir mengenai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan untuk menyelesaikan langkah-langkah pemecahan yang ada inilah yang dapat meningkatkan kreativitas berfikir siswa.







BAB III
KESIMPULAN
Keaktifan siswa (aktif learning) atau lebih sering disebut CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar baik keaktifan mengenai kegiatan guru maupun siswa. Peserta didik dipandang sebagai komponen yang paling penting dalam system dan proses pengajaran. Pendekatan CBSA memusatkan pada peranan, inisiatif, dan keterlibatan anak didik dalam menetapkan masalah, mencari informasi, dan memecahkan masalah.
CBSA bertujuan untuk mengembangkan kemampuan murid agar mampu belajar mandiri, sehingga ia memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap yang menunjang pembentukkan kepribadian yang mandiri. Di samping itu, dengan CBSA diharapkan siswa dapat memperoleh penguasaan materi seoptimal mungkin. Sehingga dalam pelaksanaannya CBSA harus berpedoman pada prinsip yang ditinjau dari siswa dan prinsip yang ditinjau dari peran guru.
Dari arah dan tujuan CBSA, maka pelaksanaan kemampuan yang diharapkan siswa dalam pembelajaran berbasis siswa dapat berupa keberanin peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan, dan dorongan yang ada pada dirinya. Keinginan dan keberanian untuk ikut serta dalam kegiatan belajar. Usaha dan kreativitas peserta didik, keingintahuan yang kuat, dan rasa lapang dada, mampu berpikir kritis dan kreatif.
Cara pengembangan CBSA adalah dengan penggunaan lingkungan sebagai sarana dan bahan belajar, guru pun harus mampu berinovasi dalam menciptakan dan mengoperasionalkan media pengajaran, guru harus dapat menghargai siswa sebagai pribadi yang unik yang memiliki sifat-sifat yang khas, guru sebagai pendorong dan partisipatif serta bukan pemberi informasi.Pengajaran dapat diorganisasikan secara individual, kelompok, berpasangan. Pengelompokkan perlu diperhatikan besar kelompok, organisasi kelompok, sifat kelompok, tujuan kelompok.








DAFTAR PUSTAKA
Atwi Suparman, 1977. Desain Intruksional. Jakarta: Pusat Antar Universitas.
http//akmadsudrajat.wordpress.com)
http//www.kompasiana.com)
http//pembelajaran berbasis siswa.sung wali.htm)
M. Ansyar dan H. Nurtain. 1991. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.Jakarta: Depdikbud Dijen Dikti.
Mulyani Sumantri, Johar Permana.2001. Strategi Belajar Mengajar.Bandung: CV. MAULANA.
Padmono. 2010. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Surakarta: FKIP UN
TUGAS
EKSPERIMEN FISIKA SEKOLAH

HUKUM OHM
















HUKUM OHM

A. a. Variabel Manipulasi
Dalam percobaan kali ini yang dijadikan variabel manivulasi adalah R (Hambatan “ohm”)
b. Variabel Control
Dalam percobaan kali ini yang dijadikan variabel control adalah V (Tegangan “volt”)
c. Variabel Respon
Dalam percobaan kali ini yang dijadikan variabel respon adalah I (Arus Listrik “ampere”)
d. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya yaitu “Bagaimanakah pengaruh besar hambatan yang diberikan dalam rangkaian tersebut, terhadap besar arus listrik yang ditimbulkan ?”

e. Hipotesis

Hipotesis yang penulis kemukakan pada percobaan ini yakni “semakin besar hambatan yang diberikan, maka besar arus listrik yang ditimbulkan akan semakin kecil”.






B. Langkah-langkah Pelaksanaan Percobaan/Eksperimen

1. Alat dan Bahan

No Nama Alat dan bahan Jumlah
1 Baterai 1,5 volt 2 buah
2 Saklar satu jalur 1 buah
3 Kabel penghubung Seperlunya
4 Resistor 50 Ω 1 buah
5 Resistor 100 Ω 1 buah
6 Multimeter digital 1 buah

2. Prosedur Kerja



• Menyusun rangkaian seperti gambar di atas.
• Menutup saklar.
• Mengukur arus yang melewati rangkaian tersebut dengan multimeter (arus yang terukur sebagai I1)
• Mencatat hasil pengukuran pada table pengamatan.
• Mengganti resistor 50 Ω menjadi 100 Ω.
• Mengulang langkah percobaan 2 sampai 4.





3. Hasil Pengamatan

No. Variabel control
( V ) Variable manivulasi
( R ) Variable respon
( I )
1 3 volt 50 Ω 0,06 A
2 3 volt 100 Ω 0,04 A

4. Kesimpulan

Dari hasil percobaan, menyatakan bahwa hipotesis yang dikemukakan terbukti kebenarannya yaitu “semakin besar hambatan yang diberikan, maka besar arus listrik yang ditimbulkan akan semakin kecil”.

5. Kendala

Untuk percobaan kedua didapatkan bahwa I2 = 0,04 A. hasil ini tidak sesuai dengan teori atau rumus yang ada dari konsep hukum ohm, yaitu V = I R . seharusnya I2 yang terukur adalah 0,03 A. perbedaan dari konsep hukum ohm dengan hasil percobaan mungkin disebabkan karena kondisi resistor yang sudah lama dan tidak bernilai 100 Ω lagi, dan besarnya sedikit mengecil.
CHUMCHUM
I LOVE U
I WANT YOU BACK TO ME

KPS

Cara penggunaan alat tersebut dalam jegiatan KPS antara lain:
1. Memegang neraca pegas pada katrol distatif dengan menggunakan kayu tipis.
2. Mengisi bejana dengan air.
3. Memasang benda yang akan diukur pada katrol dibejan dengan menggunakan tali tipis.
4. Mengaitkan tali tipis pada benda ke neraca pegas.
5. Mempersiapkan neraca pegas pada keadaan nilai 0 newton.
6. Menggerakkan neraca ke atas ke bawah dengan menarik tali pada katrol distatif.
7. Mencatat hasilnya dengan membaca nilai pada skala neraca pegas.
8. Ulangi sampai 5 kali.
9. Mengganti benda pertama dengan benda kedua.
10. Melakukan seperti nomor 4 sampai 8.













2.3.2 Tabel Data Pengukuran
Berikut ini adalah contoh tabel pengamatan yang dapat dipergunakan pada pembelajaran keterampilan proses sains pada alat ukur gaya apung pokok bahasan Hukum Archimedes:
Tabel pengamatan I
No BENDA I BENDA II BENDA III
1
2
3
4
5


2.3.3 Pengukuran Prestasi Belajar
Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegitan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauh mana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata (Sawitri:2004) bahwa rapor merupakan perumusan terakhir.

ngawuurrrr

Aku tak tau harus darimana memulainya, kehidupanku begitu kacau sehingga aku tak mampu mengurutkannya satu persatu. Kajadian yang buruk menimpaku silih berganti sehingga aku merasakan depresi yang begitu dalam yang membuat hidupku tak berarah. Semua yang aku rencanakan hilang begitu saja seperti disulap oleh ahli sulap yang tak tau kemana rencana itu pergi. Dalam keseharianku aku selalu berfikir untuk melangkah maju, namun selalu saja ada yang menghalangi niatku itu, hal itu membuatku percaya bahwa adanya setan yang mempengaruhi pikiranku. Dan setiap kali aku lengah, setan-sestan tersebut berhasil memperdayaku. Hal yang sangat aku takuti adalah fikiranku yang tak mampu aku kendalikan, hal itu bisa membuatku merasa bersalah karena aku melakukan hal yang seharusnya tak kulakukan sebagai manusia yang artinya aku melanggar ajaran yang ku anut sebagai manusia yang beragama. Entah mengapa setiap kali pikiranku dirasuki oleh hal-hal yang kotor aku sama sekali tak dapat menghindari ataupun menolaknya, hal yang kurasa tak mungkin dapat kulakukan. Setelah hal itu terjadi aku mengutuk diriku sendiri, dan berteriak kepada Tuhan agar nyawaku segera saja diambil. Aku tak mau hidup sebagai manusia yang lebih kotor lagi dari ini, karena hal itu aku tak dapat menggunakan akal sehatku lagi.
Entah apa yang harus kulakukan untuk merubah diriku sendiri, aku merasa kesialan bersahabat baik denganku dia tak mau meninggalkanku. Sesaat ku menyesal namun sesaat lagi, penyesalan itu lenyap, dan rupanya setan mulai menguasaiku lagi. Semuanya terlantar, kuliahku, hidupku, keluargaku, yang membuatku ingin mengakhiri hidupku yang tak berguna ini, namun Tuhan belum mengizinnya. Mungkin Tuhan masih menginginkan ku untuk berusaha mengubah hidupku, namun dengan apa aku harus mengubahnya, tak ada siapapun yang bisa mengerti keadaanku, mereka menganggap hidupku ini baik-baik saja namun sebenarnya hidupku penuh dengan hal-hal yang membuatku tak pantas menerima berkat dari Tuhan yang berupa kehidupan. Padahal aku sangat menginginnkan mereka mendampingiku, menuntunku agar aku selalu berjalan dijalan yang Tuhan inginkan, mungkin salahku juga karena aku tak memberitahu mereka apa yang aku alami.
Disetiap aku sedang sendirian aku merasa ingin menangis, karena masalah-masalah yang aku hadapi ini, namun aku merasa tak pantas bagi-seorang laki-laki menangis, setidaknya itu yang aku tahu dari orang-orang yang mensgatakan laki-laki harus tegar dalam menjalani kehidupan. Aku selalu bisa menahan tangisku, namun sebagai bayarannya aku harus menerima kepedihan yang terus menumpuk dalam hatiku.
Aku mulai bergerak menjauhi kehidupan yang ramai menuju ke kesepian karena merasa aku tak pantas bila disandingkan dengan orang lain yang menurutku hidup mereka sangat bahagia dan akhirinya kesendirianlah yang ku dapati yang selalu dengan setia menemaniku. Aku selalu merasa diriku tak baik bila berada disekitar orang lain, merasa tak percaya diri. Aku tak memiliki rasa percaya diri tersebut seperti kebanyakan orang miliki. Entah dengan apa aku harus menumbuhkannya, aku selalu berharap bahwa ada orang lalin yang peduli dengan kehidupanku, namun hal itu hanya sebuah harapan yang tak tertcapai untuk saat ini. Kekasih yang begitu aku sayangi juga pergi meninggalkan aku tanpa sebab yang jelas, entah mengapa dia meninggalkan aku sampai saat ini pun aku belum menemukan jawabannya. Aku merasa bagaikan bermimpi buruk saat dia mengatakan kata-kata berpisah karena aku merasa dia tak mungkin mengatakan hal itu kepadaku, setidaknya aku tahu bahwa dias juga menyayangiku dengan tulus, tapi entah mengapa hari itu dia begitu berubah 180 derajat. Dia tak mau lagi menerima telepon dariku, tak pernah membalas pesan singkat yang aku kirimkan, hah…lengkap sudah penderitaan yang rasakan saat ini. Seandainya ada bisa kulakukan untuk mendapat jawaban mengapa dia melakukan hal tersebut, pasti akan kulakukan walaupun aku harus membayar mahal atas hal itu dan membuat harga diriku terjatuh ketanah dan terinjak.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS PALANGKARAYA


KARTU RENCANA STUDI (K R S)
N a m a : Ahmad Suhendra Program Studi : Pendidikan Fisika
No. Reg : Jenjang : Sarjana / Diploma 2 / Diploma 3
N. I. M. : ACB 109 062 Th. Akademik : 2010 / 2011
Alamat : Jl. Patimura No. 56 Semester : Ganjil/Genap
Fakultas : FE/FKIP/FAPERTA/Tehnik /Hukum Dosen P. A : Drs. H. Suhartono, M.Si
Jurusan : Pendidikan MIPA No. Sandi Dosen : ……………………………………………..

No.
Urut Kode
Mata
Kuliah Mata Kuliah Kelom-
Pok
M.K / Kre
dit Nama Dosen NIP
Dosen

01

02

03

04

05

06

07

08

09

10

11

12
KIKK
1003
KICB
1029
KICB
1040
KICB
1044
KICB
1030
KICB
1023
KICB
1035
KICB
1010
KICB
1021
KICB






Belajar dan Pembelajaran

Elektronika Dasar II

Dasar-Dasar Pendidikan MIPA

Komputer I/ Dasar-Dasar Komputer
Laboratorium Fisika I

Fisika Matematika II

Bumi Antariksa

Termodinamika

Fisika Lingkungan

Eksperimen Fisika Sekolah
MKDK

MKK I

MKK II

MKK I

MKK I

MKK I

MKK I

MKK I

MKK I


4

3(1)

2

2

2

2

3

3

2

2
Dra. Teti Berliani,M.Pd.

Dra. Hj. Titik Utami, M.Si.
Theo Jhoni Hartanto, S.Pd.
Dr. Komang Gde Suastika, M.Si.
Saulim D. T. Hutahaean,S.Pd,M.Pd
Dr. Gunarjo S. Budi, M.Sc

Drs. Muhammad Nawir, M.Si
Saulim D. T. Hutahaean,S.Pd,M.Pd
Dra. Hj. Titik Utami, M.Si
Luqman Hakim, S.Si
Drs. Muhammad Nawir, M.Si

Dr. Gunarjo S. Budi, M.Sc
Luqman Hakim, S.Si
Drs. Muhammad Nawir, M.Si
Drs. A. Bustan, M.Si.
Drs. H. Suhartono, M.Si
19620922 198503 2 002

19690517 199412 2 001
19530202 197803 2 002
19580306 198803 1 001
19770810 200212 1 004
19610722 198703 1 004

19600209 198803 1 002
19770810 200212 1 004
19690517 199412 2 001

19600209 198803 1 002

19610722 198703 1 004

19600209 198803 1 002
19621110 198810 1 001
19620718 199103 1 002
Jumlah kredit yang diprogramkan semester ini : SKS
Jumlah kredit yang dikumpulkan s / d semester lalu : 61 SKS

IP. Semester lalu : 3,08 Palangka Raya, Februari 2011
Jumlah kredit yang Mahasiswa yang bersangkutan,
diijinkan : SKS

KRS dibuat 4 ( empat ) rangkap. Ahmad Suhendra
1. Putih - Mahasiswa ybs NIM. ACB 109 062
2. Hijau - Dosen P A
3. Merah - Fakultas
4. Biru - B A A K Membenarkan Mengetahui :
Ketua Jurusan / Program Studi Dosen Pembimbing Akademik



Dra. Fenno Farcis, M.Pd Drs. H. Suhartono, M.Si
NIP. 19690517 199412 2 001 NIP. 19620718 199103 1 002