Cari Blog Ini

Kamis, 30 Juni 2011

A. PENJELASAN ALAT

1. Kabel.

kabel merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal dari satu tempat ke tempat lain. Dalam hal ini kabel juga berperan sebagai penghantar arus listrik pada sebuah komponen. Cara penggunaan kabel cukup menghubungkan kabel dengan sumber tegangan, maka arus listrik akan mengalir,seperti misalnya dari power supply ke lampu. Kabel terdiri dari serat kabel dan pelindung serat, serat kabel sebagai penghantar dan pelingdung fungsinya untuk membungkus serat agar tidak berbahaya bila kita ingin memegang atau menyentu kabel.


2. Lampu LED.

LED (light-emitting diode) adalah suatu semi konduktor yang memancarkan cahaya monokromaatik yang tidak koheren ketika diberi tegangan maju. Warna yang dihasilkan bergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai, dan bisa juga ultra violet dekat atau inframerah dekat.

Sebuah LED adalah sejenis diode semikonduktor istimewa. Seperti sebuah dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh, atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang disebut P-N junction Pembawa-muatan electron dan lubang mengalir ke junction dari elektroda dengan voltase berbeda. Ketika elektron bertemu dengan lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah, dan melepas energi dalam bentuk photon. Panjang gelombang dari cahaya yang dipancarkan, dan oleh karena itu warnanya, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang membentuk p-n junction. Sebuah dioda normal, biasanya terbuat dari silicon atau germanium memancarkan cahaya tampak inframerah dekat, tetapi bahan yang digunakan untuk sebuah LED memiliki selisih pita energi antara cahaya inframerah dekat, tampak, dan ultraungu dekat. Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai kecenderungan polarisasi. Chip LED mempunyai kutub positif dan negatif (p-n) dan hanya akan menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan semikonduktor yang hanya akan mengizinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit arus yang melewati chip LED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan mengeluarkan emisi cahaya.


Chip LED pada umumnya mempunyai tegangan rusak yang relatif rendah. Bila diberikan tegangan beberapa volt ke arah terbalik, biasanya sifat isolator searah LED akan jebol menyebabkan arus dapat mengalir ke arah sebaliknya.Karakteristik chip LED pada umumnya adalah sama dengan karakteristik dioda yang hanya memerlukan tegangan tertentu untuk dapat beroperasi. Namun bila diberikan tegangan yang terlalu besar, LED akan rusak walaupun tegangan yang diberikan adalah tegangan maju.Tegangan yang diperlukan sebuah dioda untuk dapat beroperasi adalah tegangan maju (Vf). Sirkuit LED dapat didesain dengan cara menyusun LED dalam posisi maupun paralel. Bila disusun secara seri, maka yang perlu diperhatikan adalah jumlah tegangan yang diperlukan seluruh LED dalam rangkaian tadi. Namun bila LED diletakkan dalam keadaan paralel, maka yang perlu diperhatikan menjadi jumlah arus yang diperlukan seluruh LED dalam rangkaian ini.

Menyusun LED dalam rangkaian seri akan lebih sulit karena tiap LED mempunyai tegangan maju (Vf) yang berbeda. Perbedaan ini akan menyebabkan bila jumlah tegangan yang diberikan oleh sumber daya listrik tidak cukup untuk membangkitkan chip LED, maka beberapa LED akan tidak menyala. Sebaliknya, bila tegangan yang diberikan terlalu besar akan berakibat kerusakan pada LED yang mempunyai tegangan maju relatif rendah.Pada umumnya, LED yang ingin disusun secara seri harus mempunyai tegangan maju yang sama atau paling tidak tak berbeda jauh supaya rangkaian LED ini dapat bekerja secara baik.

B. Praktikum

MENGAMATI ADANYA ARUS LISTRIK PADA BUAH-BUAHAN

A. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat mengamati adanya arus listrik pada buah-buahan

B. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan

Jumlah

Jepit Buaya

Kabel

Lampu LED

Kentang

Tomat

Lemon/ jeruk nipis

Lempengan seng

Lempengan tembaga

seperlunya

seperlunya

1

seperlunya

seperlunya

seperlunya

seperlunya

seperlunya

C. Dasar Teori

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikroAmpere (μA) seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus listrik adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan resistansi sesuai dengan hukum Ohm.

Listrik memberi kenaikan terhadap 4 gaya dasar alami, dan sifatnya yang tetap dalam benda yang dapat diukur. Dalam kasus ini, frase "jumlah listrik" digunakan juga dengan frase "muatan listrik" dan juga "jumlah muatan". Ada 2 jenis muatan listrik: positif dan negatif. Melalui eksperimen, muatan-sejenis saling menolak dan muatan-lawan jenis saling menarik satu sama lain. Besarnya gaya menarik dan menolak ini ditetapkan olehhukum coulomb. Beberapa efek dari listrik didiskusikan dalam fenomena listrik dan elektromagnetik. Listrik mengalir dari saluran positif ke saluran negatif. Dengan listrik arus searah jika kita memegang hanya kabel positif (tapi tidak memegang kabel negatif), listrik tidak akan mengalir ke tubuh kita (kita tidak terkena strum). Demikian pula jika kita hanya memegang saluran negative.

D. Langkah Percobaan

1. Siapkan alat dan bahan

2. Tusukkan lempengan tembaga dan seng ke dalam buah.

3. Jepitkan kabel kepada lempengan tersebut dan hubungkan secara paralel dengan lampu LED.

4. Lihat nyala lampu yang terjadi dan catat hasilnya pada table pengamatan.

5. Jika nyala kurang terang, tambahkan jumlah buah sampai nyala lampu led bertambah terang.

6. Ulangi langkah 2 sampai 4 dengan mengganti jenis buahnya.

E. Tabel Pengamatan

Jenis buah

Keadaan LED

Kentang

Tomat

Jeruk nipis/lemon

Menyala

Menyala

Menyala

F. Kesimpulan

Menyalanya lampu LED dikarenkan adanya arus listrik yang mengalir. Seperti halnya baterai lampu senter, buah-buahan dan lempengan-lempengan itu pun menghasilkan arus listrik walaupun sangat lemah. Getah dari buah-buahan tersebut mempengaruhi logam-logam itu secara kimiawi layaknya larutan elektrolit dalam aki.

MENGUKUR TEGANGAN PADA LAMPU

YANG DISUSUN SECARA PARALEL

A. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini, siswa siswa diharapkan dapat memahami dan dapat mengukur tegangan pada masing-masing lampu yang disusun secara parallel.

B. Variabel-variabel

a) Variabel Manipulasi : besar tegangan listrik (volt)

b) Variabel Kontrol : banyaknya percabangan pada rangkaian

c) Variable Respon : besarnya tegangan pada masing-masing hambatan (beban/lampu) pada tiap pecabangan.

d) Rumusan Masalah : bagaimanakah pengaruh besar tegangan yang diberikan/disuplai terhadap besar tegangan listrik pada masing-masing hambatan (beban/lampu) pada tiap percabangan.

e) Rumusan Hipotesis : semakin besar tegangan listrik yang diberikan/disuplai, maka tegangan listrik pada masing-masing hambatan (beban/lampu) pada tiap-tiap percabangan akan semakin besar juga.

C. Dasar Teori

R1

V

I

I1


R2

I2


R3

I3


Hukum Kirchoff I

I = I1 + I2 + I3

Dengan I = dan

Maka =

D. Alat dan Bahan

Nama Alat

Jumlah

Catu Daya

Saklar 1 Jalur

Lampu 12 volt

Dudukan lampu

Multimeter

Kabel Penghubung

1

1

2

2

2

seperlunya

E. Langkah-Langkah Percobaan

1. Pastikan semua saklar dan multimeter dalam keadaan mati

2. Gunakan multimeter tersebut sebagai voltmeter DC. Dalam hal ini multimeter yang digunakan hanya 1 buah saja, dan untuk mengukur V’, V1, danV2 dilakukan secara bergantian.

3. Susunlah rangkaian sesuai skema pada gambar di bawah ini.

V’

V1

V2


4. Aturlah tegangan DC pada catu daya sebesar 2 volt

5. Tutup saklar dan Nyalakan catu daya, amati voltmeter.

6. Baca V’, V1, danV2 yang terukur dan catat hasilnya ke dalam table pengamatan.

7. Buka saklar dan matikan catu daya.

8. Ulangi langkah 4 sampai 7 dengan mengubah tegangan pada catu daya, masing-masing sebesar 4 volt, 6 volt, 8 volt, 10 volt, dan 12 volt.

9. Ulangi langkah 4 sampai 8 dengan memakai multimeter yang berbeda.

10. Amati tegangan listrik yang terukur disetiap percobaan, dan bandingkan hasil percobaan dengan konsep dari hukum Ohm pada rangkaian seri.

F. Tabel Pengamatan

· Table percobaan pertama

No

Tegangan pada

Catu daya (volt)

V’

(volt )

V1

(volt )

V2

(volt )

1

2

3

4

5

6

2

4

6

8

10

12

1,6

3,9

5,5

7,7

9,5

11,5

1,6

3,8

5,6

7,75

9,5

11,6

1,6

3,8

5,6

7,75

9,5

11,6

· Table percobaan kedua dengan memakai multimeter yang berbeda

No

Tegangan pada

Catu daya (volt)

V’

(volt )

V1

(volt )

V2

(volt )

1

2

3

4

5

6

2

4

6

8

10

12

1,65

3,9

5,6

7,8

9,6

11,6

1,6

3,9

5,5

7,8

9,6

11,6

1,6

3,9

5,6

7,9

9,6

11,6

G. Analisis Data

Berdasarkan percobaan tersebut didapatkan bahwa beberapa nilai V’ tidak sama dengan tegangan pada catu daya, yaitu V’ nilainya lebih kecil dibandingkan dengan tegangan pada catu daya.

Perbadaan tersebut dapat dijelaskan dengan:

· Anggap tegangan pada catu daya sebesar V.

Apabila kita mengukur arus yang mengalir pada rangkaian,

A

V’


Dengan menggunakan konsep Hukum II kirchoff yang sederhana maka arus akan terukur sebesar

Dengan Rp adalah hambatan pengganti kedua lampu dan r adalah hambatan dalam catu daya.

Dalam hal ini, V’ yang terukur adalah sebesar V’ = IRp.

Dengan : V’ < V

IRp < I(Rp+r)

· Untuk table percobaan pertama

1. V’ = 1,6 volt

V1 = 1,6 volt

V2 = 1,6 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 = V2

2. V’ = 3,9 volt

V1 = 3,8 volt

V2 = 3,8 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 = V2

3. V’ = 5,5 volt

V1 = 5,6 volt

V2 = 5,6 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 = V2

4. V’ = 7,7 volt

V1 = 7,75 volt

V2 = 7,75 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 = V2

5. V’ = 9,5 volt

V1 = 9,5 volt

V2 = 9,5 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 = V2

6. V’ = 11,5 volt

V1 = 11,6 volt

V2 = 11,6 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 = V2

· Untuk table percobaan kedua dengan memakai multimeter yang bebeda

1. V’ = 1,6 volt

V1 = 1,6 volt

V2 = 1,6 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 = V2

2. V’ = 3,9 volt

V1 = 3,8 volt

V2 = 3,8 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ V1 = V2

3. V’ = 5,5 volt

V1 = 5,6 volt

V2 = 5,6 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V2 = V1

4. V’ = 7,7 volt

V1 = 7,75 volt

V2 = 7,75 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 = V2

5. V’ = 9,5 volt

V1 = 9,5 volt

V2 = 9,5 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 = V2

6. V’ = 11,5 volt

V1 = 11,6 volt

V2 = 11,6 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 = V2

Adanya perbedaan dari hasil beberapa percobaan dengan konsep Hukum Ohm akan dijelaskan kemudian.

H. Ralat

No

percobaan pertama

percobaan kedua

V’(volt)

V1(volt)

V2(volt)

V’(volt)

V1(volt)

V2(volt)

1

1,6

1,6

1,6

1,65

1,6

1,6

2

3,9

3,8

3,8

3,9

3,9

3,9

3

5,5

5,6

5,6

5,6

5,5

5,6

4

7,7

7,75

7,75

7,8

7,8

7,9

5

9,5

9,5

9,5

9,6

9,6

9,6

6

11,5

11,6

11,6

11,6

11,6

11,6

1. Diketahui : ∑v = 9,65 volt

(∑v)2 = 93,1225 volt2

∑v2 = 15,5225 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,0076 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,00473 * 100%

KR = 0,473 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,0076

2. Diketahui : ∑v = 23,2volt

(∑v)2 = 538,24 volt2

∑v2 = 89,72 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,023 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,00595 * 100%

KR = 0,595 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,023

3. Diketahui : ∑v = 33,4 volt

(∑v)2 = 1115,56 volt2

∑v2 = 185,94 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,0193 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,0035 * 100%

KR = 0,35 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,0193

4. Diketahui : ∑v = 46,7 volt

(∑v)2 = 2180,89 volt2

∑v2 = 363,505 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,026 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,0033 * 100%

KR = 0,33 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,026

5. Diketahui : ∑v = 57,3 volt

(∑v)2 = 3283,29 volt2

∑v2 = 547,23 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,021 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,0021 * 100%

KR = 0,21 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,021

6. Diketahui : ∑v = 69,5 volt

(∑v)2 = 4830,25 volt2

∑v2 = 805,05 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,0152 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,00131 * 100%

KR = 0,131 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,0152

I. KENDALA DAN KESIMPULAN

a. Kendala-Kendala yang Dihadapi

· Kesalahan titik nol.titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk.(Untuk multimeter yang dipakai dalam percobaan ini adalah multimeter analog).

· Kelelahan komponen alat.

· Paralaks. Kesalahan ini timbul apabila pada waktu membaca skala, pengamat tidak tegak lurus di atas jarum penunjuk.

· Kesalahan dalam kalibrasi. Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran.(multimeter yang digunakan harganya relative murah sehingga hasil dalam penggunaannya memiliki ketidakpastian yang relative besar)

b. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan ini terbukti bahwa hipotesis yang dikemukakan benar yaitu, semakin besar tegangan listrik yang diberikan/disuplai, maka tegangan listrik pada masing-masing hambatan (beban/lampu) pada tiap-tiap percabangan akan semakin besar juga.

Apabila melihat hasil pada beberapa percobaan, dapat dilihat bahwa nilai V’ V1 = V2 dan V’= V1 = V2. Tetapi meskipun nilainya ada yang berbeda, perbedaannya hanya sedikit yaitu hanya berada pada angka di belakang koma. Hal tersebut dikarenakan bahwa kendala-kendala yang dikemukakan tadi.

Tetapi berdasarkan percobaan tersebut, ada juga beberapa pecobaan yang membuktikan bahwa V’ = V1 = V2 dan membuktikan teori dari konsep Hukum Ohm pada rangkaian paralel..

MENGUKUR TEGANGAN PADA LAMPU

YANG DISUSUN SECARA SERI

A. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini, siswa siswa diharapkan dapat memahami dan dapat mengukur tegangan pada masing-masing lampu yang disusun secara seri.

B. Variabel-variabel

a. Variabel Manipulasi : besar tegangan listrik (volt)

b. Variabel Kontrol : banyaknya hambatan (beban/lampu) pada rangkaian yang disusun secara seri.

c. Variable Respon : besarnya tegangan pada masing-masing hambatan (beban/lampu) yang disusun secara seri.

d. Rumusan Masalah : bagaimanakah pengaruh besar tegangan yang diberikan/disuplai terhadap besar tegangan listrik pada masing-masing hambatan (beban/lampu) yang disusun secara seri?

e. Rumusan Hipotesis : besar tegangan listrik yang diberikan/disuplai akan memiliki besar yang sama dengan jumlah besar dari tegangan listrik pada hambatan (beban/lampu) yang disusun secara seri.

C. Dasar Teori

V

I

R2

R1




V = V1 + V2

Dengan V = I R dan I = I1 = I2

I Rp = I1 R1 + I2 R2

Maka Rp = R1 + R2

D. Alat dan Bahan

Nama Alat

Jumlah

Catu Daya

Saklar 1 Jalur

Lampu 12 volt

Dudukan lampu

Multimeter

Kabel Penghubung

1

1

2

2

2

seperlunya

E. Langkah-Langkah Percobaan

1. Pastikan semua saklar dan multimeter dalam keadaan mati

2. Gunakan multimeter tersebut sebagai voltmeter DC. Dalam hal ini multimeter yang digunakan hanya 1 buah saja, dan untuk mengukur V’, V1, dan V2 secara bergantian.

3. Susunlah rangkaian sesuai gambar di bawah ini

V’

V2

V1

DC CATU DAYA


S

4. Aturlah tegangan DC pada catu daya sebesar 2 volt

5. Tutup saklar dan Nyalakan catu daya, amati voltmeter.

6. Baca V’, V1, dan V2 yang terukur dan catat hasilnya ke dalam table pengamatan.

7. Buka saklar dan matikan catu daya.

8. Ulangi langkah 4 sampai 7 dengan mengubah tegangan pada catu daya, masing-masing sebesar 4 volt, 6 volt, 8 volt, 10 volt, dan 12 volt.

9. Ulangi langkah 4 sampai 8 dengan memakai multimeter yang berbeda.

10. Amati tegangan listrik yang terukur disetiap percobaan, dan bandingkan hasil percobaan dengan konsep dari hukum Ohm pada rangkaian seri.

F. Tabel Pengamatan

· Table percobaan pertama

No

Tegangan pada

Catu daya (volt)

V’

(volt )

V1

(volt )

V2

(volt )

1

2

3

4

5

6

2

4

6

8

10

12

1,4

3,2

5,2

7,4

9,2

11,1

0,7

1,5

2,5

3,7

4,7

5,6

0,7

1,5

2,5

3,7

4,7

5,6

· Table percobaan kedua dengan memakai multimeter yang berbeda

No

Tegangan pada

Catu daya (volt)

V’

(volt )

V1

(volt )

V2

(volt )

1

2

3

4

5

6

2

4

6

8

10

12

1,5

3,4

5,4

7,4

9,6

11,6

0,8

1,6

2,8

3,7

4,8

5,9

0,75

1,6

2,8

3,7

4,8

5,9

G. Analisis Data

Berdasarkan percobaan tersebut didapatkan bahwa V’ tidak sama dengan tegangan pada catu daya, yaitu V’ nilainya lebih kecil dibandingkan dengan tegangan pada catu daya.

Perbadaan tersebut dapat dijelaskan dengan:

· Anggap tegangan pada catu daya sebesar V.

Apabila kita mengukur arus yang mengalir pada rangkaian,

V’

V2

V1


R2

R1


V

Dengan menggunakan konsep Hukum II kirchoff yang sederhana maka arus akan terukur sebesar

Dengan Rp adalah hambatan pengganti kedua lampu dan r adalah hambatan dalam catu daya.

Dalam hal ini, V’ yang terukur adalah sebesar V’ = IRp.

Dengan : V’ < V

IRp < I(Rp+r)

· Untuk tabel percobaan pertama

1. V’ = 1,4 volt

V1 = 0,7 volt

V2 = 0,7 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 + V2

2. V’ = 3,2 volt

V1 = 1,5 volt

V2 = 1,5 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 + V2

3. V’ = 5,2 volt

V1 = 2,5 volt

V2 = 2,5 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 + V2

4. V’ = 7,4 volt

V1 = 3,7 volt

V2 = 3,7 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ = V1 + V2

5. V’ = 9,2 volt

V1 = 4,7 volt

V2 = 4,7 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 + V2

6. V’ = 11,1 volt

V1 = 5,6 volt

V2 = 5,6 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ V1 + V2

· Untuk table percobaan kedua dengan memakai multimeter yang bebeda

1. V’ = 1,5 volt

V1 = 0,8volt

V2 = 0,75 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ = V1 + V2

2. V’ = 3,4 volt

V1 = 1,6 volt

V2 = 1,6 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ = V1 + V2

3. V1’= 5,4 volt

V1 = 2,8 volt

V2 = 2,8 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ = V1 + V2

4. V’ = 7,4 volt

V1 = 3,7 volt

V2 = 3,7 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 + V2

5. V’ = 9,6 volt

V1 = 4,8 volt

V2 = 4,8 volt

Dari percobaan ini terbikti bahwa V’ = V1 + V2

6. V’ = 11,6 volt

V1 = 5,9 volt

V2 = 5,9 volt

Dari percobaan ini didapat bahwa V’ = V1 + V2

Adanya perbedaan dari hasil beberapa percobaan dengan konsep Hukum Ohm akan dijelaskan kemudian.

H. Ralat

No

percobaan pertama

percobaan kedua


V' (volt)

V"=V1+V2

(volt)

V' (volt)

V"=V1+V2

(volt)



1

1,4

1,4

1,5

1,55


2

3,2

3,0

3,4

3,2


3

5,2

5,0

5,4

5,6


4

7,4

7,4

7,4

7,4


5

9,2

9,4

9,6

9,6


6

11,1

11,2

11,6

11,8


1. Diketahui : ∑v = 5,85 volt

(∑v)2 = 34,2225 volt2

∑v2 = 8,5725 volt2

N = 4

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,033 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,0222 * 100%

KR = 2,22 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,033

2. Diketahui : ∑v = 12,8 volt

(∑v)2 = 162,84 volt2

∑v2 = 41,04 volt2

N = 6

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,144 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,045 * 100%

KR = 4,5 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,144

3. Diketahui : ∑v = 21,2 volt

(∑v)2 = 449,44 volt2

∑v2 = 112,56 volt2

N = 4

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,112 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,02 * 100%

KR = 2 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,112

4. Diketahui : ∑v = 29,6 volt

(∑v)2 = 876,16 volt2

∑v2 = 219,04 volt2

N = 4

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0 * 100%

KR = 0 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0

5. Diketahui : ∑v = 37,8 volt

(∑v)2 = 1428,84 volt2

∑v2 = 357,32 volt2

N = 4

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,083 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,0087 * 100%

KR = 0,87 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,083

6. Diketahui : ∑v = 45,7 volt

(∑v)2 = 2088,49 volt2

∑v2 = 522,45 volt2

N =4

· Rata-rata = =

=

· Kesalahan Mutlak (ΔV)

ΔV = =

ΔV = 0,143 volt

· Kesalahan Relatif (KR)

KR = = * 100%

KR = 0,0125 * 100%

KR = 1,25 %

· Hasil Pengukuran (HP)

V = ΔV

V = 0,143

I. KENDALA DAN KESIMPULAN

a. Kendala-Kendala yang Dihadapi

· Kesalahan titik nol.titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk.(Untuk multimeter yang dipakai dalam percobaan ini adalah multimeter analog).

· Kelelahan komponen alat.

· Paralaks. Kesalahan ini timbul apabila pada waktu pembaca skala, pengamat tidak tegak lurus di atas jarum penunjuk.

· Kesalahan dalam kalibrasi. Cara member nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian melekat pada hasil pengukuran.(multimeter yang digunakan harganya relative murah sehingga hasil dalam penggunaannya memiliki ketidakpastian yang relative besar).

b. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan ini terbukti bahwa hipotesis yang dikemukakan benar yaitu, besar tegangan listrik yang diberikan/disuplai akan memiliki besar yang sama dengan jumlah besar dari tegangan listrik pada hambatan (beban/lampu) yang dipasang secara seri. Apabila melihat hasil pada beberapa percobaan, dapat dilihat bahwa nilai V’ V1 + V2 dan V’= V1 + V2. Tetapi meskipun nilainya ada yang berbeda, perbedaannya hanya sedikit yaitu hanya berada pada angka di belakang koma. Hal tersebut dikarenakan bahwa kendala-kendala yang dikemukakan tadi.

Tetapi berdasarkan percobaan tersebut, ada juga beberapa pecobaan yang membuktikan bahwa V’ = V1 + V2 dan membuktikan teori dari konsep Hukum Ohm..